
Doa untuk orang berangkat umroh sesuai sunnah panduan ibadah
October 8, 2025
Niat Puasa Qadha Ramadhan dan Puasa Sunnah Panduan Ibadah
October 8, 2025Puasa Sunnah Dzulhijjah merupakan salah satu ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam, terutama pada sembilan hari pertama bulan Dzulhijjah. Periode ini, yang puncaknya adalah puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah, dikenal sebagai waktu yang penuh berkah dan kesempatan emas untuk meraih pahala yang berlipat ganda serta mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Memahami keutamaan, tata cara pelaksanaan, serta hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam menjalankan puasa ini akan membantu umat Muslim memaksimalkan ibadah di bulan yang mulia. Artikel ini akan mengulas secara komprehensif segala aspek terkait puasa Dzulhijjah, mulai dari ganjaran spiritual yang bisa diperoleh hingga panduan praktis untuk menjalaninya dengan optimal.
Keutamaan dan Ganjaran Puasa Dzulhijjah

Bulan Dzulhijjah adalah salah satu bulan istimewa dalam kalender Hijriah yang penuh dengan keberkahan dan kesempatan emas untuk meraih pahala berlimpah. Terutama pada sembilan hari pertamanya, umat Muslim dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, salah satunya adalah dengan menjalankan puasa sunnah. Puasa di hari-hari ini bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, melainkan sebuah gerbang menuju peningkatan spiritual dan kedekatan yang lebih mendalam dengan Sang Pencipta.
Keutamaan puasa Dzulhijjah, khususnya puasa Arafah, telah banyak disebutkan dalam dalil-dalil syar’i, menunjukkan betapa besar ganjaran yang menanti bagi mereka yang melaksanakannya dengan ikhlas.
Makna dan Keistimewaan Puasa Sembilan Hari Dzulhijjah
Puasa sunnah yang dilaksanakan pada sembilan hari pertama bulan Dzulhijjah memiliki keutamaan yang luar biasa di sisi Allah SWT. Hari-hari ini dianggap sebagai hari-hari terbaik di dunia untuk beramal saleh. Setiap amal kebaikan yang dilakukan pada periode ini akan dilipatgandakan pahalanya, dan puasa menjadi salah satu bentuk ibadah yang sangat ditekankan. Keutamaan ini tidak hanya terbatas pada pahala yang besar, tetapi juga mencakup pengampunan dosa, peningkatan derajat, dan kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah.Puncak dari puasa Dzulhijjah adalah puasa Arafah, yang jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah.
Puasa ini memiliki keistimewaan yang sangat spesifik dan agung. Rasulullah SAW bersabda bahwa puasa Arafah dapat menghapus dosa-dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Ini menunjukkan betapa besar rahmat dan ampunan yang Allah sediakan bagi hamba-Nya yang bersungguh-sungguh dalam beribadah. Dengan menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa, seorang Muslim melatih kesabaran, keikhlasan, dan kepasrahan total kepada kehendak Ilahi, sembari merenungkan makna ibadah haji yang sedang berlangsung di tanah suci.
Perbandingan Keutamaan Puasa Dzulhijjah dengan Puasa Sunnah Lainnya
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai keistimewaan puasa Dzulhijjah, khususnya puasa Arafah, mari kita bandingkan dengan beberapa puasa sunnah lainnya yang juga memiliki keutamaan tersendiri. Perbandingan ini akan menunjukkan bagaimana puasa Dzulhijjah menempati posisi yang sangat istimewa dalam rangkaian ibadah sunnah.
| Nama Puasa | Periode Pelaksanaan | Hikmah Utama | Contoh Dalil Pendukung | 
|---|---|---|---|
| Puasa Dzulhijjah (1-8 Dzulhijjah) | 1 hingga 8 Dzulhijjah | Amal saleh paling dicintai Allah, pahala dilipatgandakan, meningkatkan ketakwaan. | Hadis riwayat Bukhari: “Tidak ada hari-hari di mana amal saleh lebih dicintai Allah daripada hari-hari ini (sepuluh hari Dzulhijjah).” | 
| Puasa Arafah | 9 Dzulhijjah | Menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. | Hadis riwayat Muslim: “Puasa hari Arafah, aku berharap kepada Allah dapat menghapus dosa setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya.” | 
| Puasa Senin Kamis | Setiap hari Senin dan Kamis | Amal diangkat ke langit, Rasulullah SAW suka berpuasa pada hari tersebut. | Hadis riwayat Tirmidzi: “Amal perbuatan diangkat (ke hadapan Allah) pada hari Senin dan Kamis.” | 
| Puasa Daud | Puasa sehari dan berbuka sehari (selang-seling) | Puasa yang paling dicintai Allah, melatih kesabaran dan keistiqomahan. | Hadis riwayat Bukhari dan Muslim: “Puasa yang paling dicintai Allah adalah puasa Daud, dia berpuasa sehari dan berbuka sehari.” | 
| Puasa Syawal | Enam hari setelah Idul Fitri (bulan Syawal) | Pahala seperti puasa setahun penuh jika digabungkan dengan puasa Ramadan. | Hadis riwayat Muslim: “Barangsiapa berpuasa Ramadan kemudian mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa setahun penuh.” | 
Visualisasi Ketenangan Batin Setelah Berbuka Puasa Arafah
Bayangkan sebuah pemandangan yang menenangkan, di mana seorang hamba Allah, setelah seharian penuh menahan diri dari segala nafsu, kini duduk bersimpuh dalam keheningan. Cahaya senja yang hangat, berwarna keemasan dan jingga, menembus jendela atau sela-sela pepohonan, menyelimuti ruangan atau teras tempat ia berada. Wajahnya memancarkan kedamaian yang mendalam, matanya terpejam atau menatap lembut ke arah kiblat, sementara kedua tangannya terangkat dalam doa.
Udara sore yang sejuk membelai kulitnya, membawa aroma tanah basah atau bunga-bunga yang baru mekar, menambah suasana syahdu. Tidak ada suara bising, hanya desiran angin dan mungkin sayup-sayup suara azan Magrib yang baru saja usai. Dalam momen tersebut, ia merasakan kehadiran Ilahi begitu dekat, mengisi relung hatinya dengan rasa syukur yang tak terhingga atas nikmat berbuka dan kesempatan beribadah di hari Arafah.
Setiap tarikan napasnya terasa lebih ringan, beban duniawi seolah terangkat, digantikan oleh ketenangan batin yang tak ternilai harganya. Sebuah gambaran sempurna tentang kebahagiaan sejati yang lahir dari ketaatan dan penyerahan diri.
Kisah Transformasi Spiritual Melalui Puasa Dzulhijjah
Puasa Dzulhijjah seringkali menjadi titik balik bagi banyak individu dalam perjalanan spiritual mereka. Kisah-kisah tentang perubahan hidup yang signifikan setelah rutin menjalankan puasa ini bukanlah hal yang langka. Berikut adalah salah satu narasi yang menggambarkan pengalaman transformatif tersebut.
“Sebelumnya, saya sering merasa kosong, meskipun secara materi tidak kekurangan. Ibadah saya terasa hambar, sekadar rutinitas tanpa makna. Namun, sejak saya mencoba rutin berpuasa di sembilan hari pertama Dzulhijjah beberapa tahun lalu, terutama puasa Arafah, ada sesuatu yang berubah. Awalnya terasa berat, menahan lapar dan haus di tengah kesibukan. Tapi, setiap kali berbuka, ada kedamaian yang luar biasa. Saya mulai merasakan kedekatan yang belum pernah saya alami sebelumnya dengan Allah. Doa-doa saya terasa lebih tulus, hati saya menjadi lebih tenang, dan pandangan saya terhadap hidup pun berubah. Kesabaran saya meningkat, rasa syukur semakin mendalam, dan saya jadi lebih peka terhadap kebutuhan orang lain. Puasa Dzulhijjah bukan hanya tentang menahan diri, tetapi tentang membuka pintu hati untuk menerima rahmat dan bimbingan Ilahi yang mengubah saya menjadi pribadi yang lebih baik, lebih dekat dengan tujuan penciptaan saya.”
Tata Cara dan Waktu Pelaksanaan Puasa Dzulhijjah

Menjelang bulan Dzulhijjah, banyak umat Muslim yang antusias untuk menunaikan ibadah puasa sunnah sebagai bentuk ketaatan. Pelaksanaan puasa ini memerlukan pemahaman yang baik mengenai tata cara, mulai dari niat hingga waktu pelaksanaannya, agar ibadah dapat dilakukan dengan benar dan sesuai syariat. Panduan ini akan menguraikan secara rinci prosedur yang perlu diperhatikan, termasuk perbedaan praktik bagi mereka yang sedang menunaikan ibadah haji dan amalan-amalan pendamping yang dianjurkan.
Niat Puasa Dzulhijjah yang Tepat
Niat merupakan rukun penting dalam setiap ibadah, termasuk puasa sunnah Dzulhijjah. Mengucapkan niat di dalam hati sudah mencukupi, namun melafalkannya juga diperbolehkan untuk memantapkan hati. Waktu niat puasa sunnah dapat dilakukan pada malam hari sebelum fajar menyingsing, atau bahkan di pagi hari sebelum waktu zawal (tergelincirnya matahari) asalkan belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa sejak fajar.Untuk puasa sunnah Dzulhijjah pada tanggal 1 hingga 8 Dzulhijjah, niat yang diucapkan adalah sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ ذِي الْحِجَّةِ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
“Nawaitu shauma syahri dzil hijjah sunnatan lillâhi ta’âlâ.”
Artinya: “Saya niat puasa sunnah bulan Dzulhijjah karena Allah Ta’ala.”Menjelang bulan Dzulhijjah, umat muslim bersemangat menjalankan puasa sunnah yang penuh berkah. Pentingnya niat dalam setiap ibadah tentu tak bisa diabaikan. Sama halnya dengan saat kita mencari tahu detail niat puasa sunnah senin kamis , pemahaman yang baik akan niat puasa Dzulhijjah sangat membantu menyempurnakan ibadah kita. Semoga puasa sunnah Dzulhijjah ini diterima Allah SWT.
Sementara itu, untuk puasa Arafah yang dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah, niatnya sedikit berbeda karena kekhususan hari tersebut:
نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
“Nawaitu shauma ‘arafata sunnatan lillâhi ta’âlâ.”
Artinya: “Saya niat puasa Arafah sunnah karena Allah Ta’ala.”
Penting untuk memastikan niat tersebut terucap atau terlintas di hati sebelum waktu imsak berakhir, terutama jika ingin meraih kesempurnaan ibadah sejak awal waktu.
Panduan Waktu Sahur dan Berbuka
Pelaksanaan puasa Dzulhijjah mengikuti jadwal puasa pada umumnya, dengan sahur dan berbuka pada waktu yang telah ditentukan. Memahami jadwal ini penting agar ibadah puasa dapat berjalan lancar sesuai syariat Islam.* Waktu Sahur: Sahur dimulai sejak tengah malam hingga menjelang waktu subuh. Batas akhir sahur adalah ketika adzan Subuh berkumandang, menandakan masuknya waktu shalat Subuh dan dimulainya waktu imsak.
Disunnahkan untuk mengakhirkan sahur hingga mendekati waktu imsak agar tubuh memiliki energi yang cukup untuk berpuasa sepanjang hari. Bagi umat Muslim di berbagai zona waktu, waktu imsak dan subuh akan bervariasi sesuai dengan posisi geografis mereka, sehingga penting untuk merujuk pada jadwal imsakiyah lokal yang akurat.
Waktu Berbuka Puasa
Berbuka puasa dimulai tepat setelah matahari terbenam, yang ditandai dengan kumandang adzan Maghrib. Disunnahkan untuk menyegerakan berbuka puasa begitu waktu Maghrib tiba. Sama halnya dengan sahur, waktu berbuka juga akan berbeda di setiap zona waktu, mengikuti pergerakan matahari.Menyiapkan hidangan sahur dan berbuka yang bergizi seimbang juga merupakan bagian dari upaya menjaga kesehatan selama berpuasa, meskipun tidak termasuk dalam rukun puasa.
Puasa Dzulhijjah bagi Jamaah Haji dan Non-Haji
Praktik puasa Dzulhijjah memiliki perbedaan signifikan antara umat Muslim yang sedang menunaikan ibadah haji di tanah suci dengan mereka yang tidak berhaji. Perbedaan ini didasarkan pada hikmah dan kemudahan yang diberikan dalam syariat.* Bagi Jamaah Haji: Umat Muslim yang sedang menunaikan ibadah haji, khususnya pada hari Arafah (9 Dzulhijjah), tidak dianjurkan untuk berpuasa. Hal ini dikarenakan mereka sedang berada dalam kondisi fisik yang membutuhkan banyak energi untuk melaksanakan berbagai rangkaian ibadah haji, seperti wukuf di Arafah, yang merupakan puncak ibadah haji.
Berpuasa dalam kondisi tersebut dikhawatirkan akan mengurangi konsentrasi dan kekuatan fisik mereka dalam beribadah, sehingga Rasulullah SAW memberikan keringanan untuk tidak berpuasa pada hari Arafah bagi jamaah haji. Mereka dianjurkan untuk fokus berdzikir, berdoa, dan memperbanyak ibadah lainnya di Arafah.
Bagi Umat Muslim yang Tidak Berhaji
Sebaliknya, bagi umat Muslim yang tidak sedang menunaikan ibadah haji, sangat dianjurkan untuk melaksanakan puasa sunnah Dzulhijjah, terutama puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah. Puasa Arafah bagi mereka merupakan kesempatan istimewa untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Puasa pada tanggal 1 hingga 8 Dzulhijjah juga sangat dianjurkan sebagai persiapan dan untuk meraih kebaikan di hari-hari mulia ini.Perbedaan anjuran ini menunjukkan kebijaksanaan syariat yang mempertimbangkan kondisi dan kebutuhan individu dalam beribadah, memastikan bahwa setiap umat dapat menjalankan ibadah dengan optimal.
Amalan Sunnah Pendamping Puasa Dzulhijjah
Selain melaksanakan puasa, ada beberapa amalan sunnah tambahan yang sangat dianjurkan untuk dilakukan bersamaan dengan puasa Dzulhijjah. Amalan-amalan ini bertujuan untuk memperkaya ibadah dan meningkatkan ketakwaan selama hari-hari mulia ini.Berikut adalah beberapa amalan sunnah yang bisa dilakukan:
- Memperbanyak Takbir, Tahmid, dan Tahlil: Ini adalah dzikir yang sangat ditekankan selama sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Umat Muslim dianjurkan untuk melafalkan takbir (“Allahu Akbar”), tahmid (“Alhamdulillah”), dan tahlil (“La ilaha illallah”) kapan saja dan di mana saja, baik sendiri maupun bersama-sama.
- Membaca Al-Qur’an: Meluangkan waktu lebih banyak untuk membaca dan merenungkan ayat-ayat suci Al-Qur’an adalah amalan yang sangat baik.
- Shalat Sunnah: Menambah shalat-shalat sunnah seperti shalat Dhuha, shalat Rawatib, atau shalat malam (Qiyamul Lail) dapat meningkatkan kualitas ibadah.
- Sedekah: Berbagi rezeki dengan sesama, terutama kepada mereka yang membutuhkan, merupakan amalan yang sangat dianjurkan.
- Menjaga Lisan dan Perilaku: Mengendalikan diri dari perkataan kotor, ghibah, fitnah, dan perbuatan maksiat lainnya adalah bentuk ketaatan yang penting.
- Memperbanyak Doa: Hari-hari Dzulhijjah, terutama hari Arafah, adalah waktu yang mustajab untuk berdoa. Manfaatkan kesempatan ini untuk memohon ampunan, rahmat, dan segala kebaikan dunia akhirat.
Melaksanakan amalan-amalan ini secara konsisten dapat membantu umat Muslim untuk memanfaatkan momentum Dzulhijjah dengan sebaik-baiknya.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Saat Puasa Dzulhijjah

Menjalankan ibadah puasa Dzulhijjah adalah kesempatan berharga untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Namun, dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan agar ibadah dapat berjalan lancar, optimal, dan sesuai dengan syariat. Pemahaman mengenai kondisi-kondisi khusus, tips menjaga kesehatan, serta adab berpuasa menjadi kunci utama dalam meraih keberkahan di hari-hari istimewa ini.
Kategori Individu yang Diperbolehkan Tidak Berpuasa
Islam adalah agama yang memberikan kemudahan bagi umatnya. Terdapat beberapa kondisi syar’i yang membolehkan seorang Muslim untuk tidak berpuasa Dzulhijjah, bahkan dianjurkan untuk tidak memaksakan diri demi menjaga kesehatan dan kemaslahatan. Kondisi-kondisi ini menunjukkan rahmat Allah yang luas, di mana niat baik tetap dihargai meskipun tidak dapat berpuasa secara fisik.
- 
Orang Sakit: Individu yang sedang menderita sakit dan puasa dapat memperparah kondisi kesehatannya atau menghambat proses penyembuhan, diperbolehkan untuk tidak berpuasa. Keringanan ini berlaku baik untuk penyakit ringan maupun berat, asalkan ada kekhawatiran yang wajar terhadap dampak puasa. 
- 
Musafir: Seseorang yang sedang dalam perjalanan jauh (musafir) dengan jarak tertentu sesuai ketentuan syariat, diberikan keringanan untuk tidak berpuasa. Setelah kembali atau perjalanan selesai, puasa dapat diganti di lain waktu jika puasa tersebut wajib. Yuk, manfaatkan hari-hari istimewa di bulan Dzulhijjah ini dengan berpuasa sunnah, terutama puasa Arafah yang pahalanya begitu besar. Sementara kita berpuasa, para jamaah di tanah suci sedang menjalankan rukun Islam kelima. Penting sekali bagi mereka untuk mengetahui berbagai sunnah haji agar ibadah semakin sempurna. Jadi, bagi kita yang tidak berhaji, puasa Dzulhijjah adalah cara terbaik meraih keberkahan di momen agung ini. 
- 
Wanita Haid atau Nifas: Wanita yang sedang mengalami menstruasi (haid) atau nifas (masa setelah melahirkan) wajib untuk tidak berpuasa. Puasa dalam kondisi ini tidak sah dan dilarang secara syariat. 
- 
Wanita Hamil atau Menyusui: Ibu hamil atau ibu menyusui yang khawatir puasa akan membahayakan diri sendiri, janin, atau bayinya, diperbolehkan untuk tidak berpuasa. Kekhawatiran ini bisa berdasarkan pengalaman sebelumnya, nasihat medis, atau perasaan kuat yang mendasari. Penting untuk mengutamakan kesehatan ibu dan anak. 
Menjaga Hidrasi dan Nutrisi Tubuh Selama Berpuasa
Puasa di bulan Dzulhijjah, terutama jika bertepatan dengan musim kemarau atau cuaca panas, menuntut perhatian ekstra terhadap asupan cairan dan nutrisi. Menjaga tubuh tetap prima adalah esensi agar ibadah dapat dilakukan dengan khusyuk tanpa terganggu masalah kesehatan. Berikut adalah beberapa tips praktis yang bisa diterapkan:
- 
Prioritaskan Air Putih: Minumlah air putih yang cukup saat sahur dan berbuka. Idealnya, penuhi kebutuhan cairan harian sekitar 8 gelas, dengan pembagian saat berbuka, setelah shalat tarawih (jika ada), dan saat sahur. Hindari minuman manis berlebihan yang justru dapat meningkatkan rasa haus. 
- 
Konsumsi Buah dan Sayur: Buah dan sayur kaya akan serat dan air, membantu menjaga hidrasi serta memberikan vitamin dan mineral esensial. Contohnya, semangka, melon, timun, atau selada, sangat baik dikonsumsi saat sahur dan berbuka. 
- 
Pilih Karbohidrat Kompleks: Saat sahur, pilih makanan dengan karbohidrat kompleks seperti nasi merah, roti gandum, atau oatmeal. Jenis makanan ini dicerna lebih lambat, memberikan energi yang stabil dan rasa kenyang lebih lama. 
- 
Asupan Protein yang Cukup: Protein membantu membangun dan memperbaiki jaringan tubuh serta memberikan rasa kenyang. Sertakan sumber protein seperti telur, ayam tanpa kulit, ikan, atau tahu tempe dalam menu sahur dan berbuka Anda. 
- 
Batasi Makanan Berminyak dan Pedas: Makanan yang terlalu berminyak atau pedas dapat memicu masalah pencernaan dan rasa haus berlebihan. Sebaiknya hindari atau batasi konsumsinya selama berpuasa. 
- 
Hindari Minuman Berkafein: Kopi atau teh dapat bersifat diuretik, yang berarti dapat meningkatkan pengeluaran cairan dari tubuh dan berpotensi menyebabkan dehidrasi. Sebaiknya kurangi konsumsi minuman berkafein selama puasa. 
Pentingnya Menjaga Lisan dan Perilaku Saat Berpuasa, Puasa sunnah dzulhijjah
Puasa tidak hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga dari hal-hal yang dapat merusak pahala puasa, termasuk menjaga lisan dan perilaku. Kualitas ibadah puasa sangat ditentukan oleh kesungguhan hati dan tindakan nyata dalam mengendalikan diri dari perbuatan yang tidak bermanfaat atau bahkan merugikan.
“Puasa itu bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menahan lisan dari perkataan kotor, dusta, dan ghibah (menggunjing). Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan yang tidak baik, maka Allah tidak membutuhkan ia meninggalkan makan dan minumnya.” – Imam Al-Ghazali
Nasihat ini mengingatkan bahwa esensi puasa adalah pelatihan spiritual untuk mencapai ketakwaan yang lebih tinggi. Menjaga lisan dari perkataan buruk seperti fitnah, ghibah, atau dusta, serta mengendalikan perilaku dari amarah dan perbuatan dosa lainnya, adalah bagian tak terpisahkan dari kesempurnaan ibadah puasa.
Contoh Menu Sahur dan Berbuka yang Seimbang
Merencanakan menu sahur dan berbuka yang seimbang sangat krusial untuk memastikan tubuh mendapatkan nutrisi yang cukup dan energi yang stabil sepanjang hari. Menu yang baik akan mendukung kelancaran puasa, mencegah lemas, dan menjaga konsentrasi. Berikut adalah contoh menu yang bisa menjadi inspirasi:
| Waktu Makan | Rekomendasi Makanan | Manfaat | 
|---|---|---|
| Sahur | 
 | Sumber karbohidrat kompleks untuk energi tahan lama, protein untuk rasa kenyang, serat untuk pencernaan, serta vitamin dan mineral penting. Susu untuk kalsium dan hidrasi. | 
| Berbuka | 
 | Kurma sebagai sumber energi cepat, air putih untuk rehidrasi. Sup untuk menghangatkan perut dan serat. Makanan utama yang seimbang untuk mengembalikan energi dan nutrisi yang hilang, dengan buah sebagai penambah vitamin. | 
Simpulan Akhir

Dengan segala keutamaan dan ganjaran spiritual yang ditawarkan, Puasa Sunnah Dzulhijjah adalah kesempatan berharga yang seyogianya tidak dilewatkan. Melalui persiapan yang matang, niat yang tulus, serta pelaksanaan yang sesuai syariat, ibadah ini tidak hanya akan membersihkan diri dari dosa-dosa masa lalu, tetapi juga menguatkan koneksi spiritual dan meningkatkan kualitas ketakwaan. Semoga setiap Muslim dapat mengambil manfaat maksimal dari hari-hari mulia ini, merasakan kedamaian batin, dan meraih ridha Ilahi.
Pertanyaan Umum (FAQ): Puasa Sunnah Dzulhijjah
Apakah puasa Dzulhijjah hukumnya wajib?
Puasa Dzulhijjah hukumnya sunnah muakkadah, artinya sangat dianjurkan untuk dilaksanakan, namun tidak wajib.
Bisakah menggabungkan niat puasa Dzulhijjah dengan puasa qadha Ramadhan?
Menurut sebagian ulama, niat puasa sunnah Dzulhijjah dapat digabungkan dengan niat puasa qadha Ramadhan, namun yang utama adalah melaksanakan keduanya secara terpisah untuk mendapatkan pahala maksimal dari masing-masing ibadah.
Jika tidak berpuasa dari awal Dzulhijjah, apakah masih bisa melaksanakan puasa Arafah?
Ya, sangat dianjurkan untuk tetap melaksanakan puasa Arafah (9 Dzulhijjah) meskipun tidak berpuasa pada hari-hari sebelumnya, karena puasa Arafah memiliki keutamaan yang sangat besar.
Apa keutamaan khusus puasa Tarwiyah (8 Dzulhijjah)?
Puasa Tarwiyah memiliki keutamaan sebagai penghapus dosa setahun yang lalu. Meskipun keutamaannya tidak sebesar puasa Arafah yang menghapus dosa dua tahun, ia tetap merupakan amalan sunnah yang sangat dianjurkan.



